logo
Performing Hajj

For pilgrims, performing Hajj fulfills a religious obligation, but it's also a deeply spiritual experience of a lifetime for many. It's seen as a chance to seek God's forgiveness for past sins, to grow closer to God and to walk in the footsteps of prophets.

Performing Hajj
Arafah, Muzdalifah, Mina
  1. Pelaksanaan Ibadah Haji.

    Pada hari Tarwiyah, yaitu 8 Dzulhijjah, jemaah haji yang melaksanakan haji tamattu' mempersiapkan diri untuk melaksanakan ibadah haji dengan melakukan niat ihram haji. Mereka mengambil miqat di tempat tinggalnya, yaitu hotel-hotel di Makkah, sambil melaksanakan berbagai aktivitas.

     

  2. Di hotel Makkah:
    • Bersuci, disunahkan membersihkan badan dengan mandi dan berwudhu, memotong kuku, memakai wangi-wangian;
    • Berpakaian ihram, dilanjutkan dengan melak­ sanakan shalat sunat ihram;
    • Berniat haji dengan mengucapkan:
 

           Artinya:

           Aku sambut panggilan-Mu ya Allah untuk berhaji.

 

           Atau mengucapkan:

 


            Artinya:

            Aku berniat haji dengan berihram karena Allah Ta'a/a.

  • Setelah mengucapkan niat ihram haji, jemaah dianjurkan membaca talbiyah;
  • Berangkat menuju Arafah mulai pukul 07.00 WAS sampai selesai, pada 8 Dzulhijjah yang disebut hari tarwiyah,9 dengan naik ke bus antre dengan sabar sesuai rombongan;
  • Berdzikir, dengan membaca talbiyah selama perjalanan dari Makkah ke Arafah, serta bershalawat, dan berdoa dengan lafazh yang sama seperti lafadz yang dibaca waktu jemaah melaksanakan umrah;
  • Berdoa ketika masuk wilayah Arafah.

 

3. Di Arafah

  1. Jemaah haji tiba di Arafah pada tanggal 8 Dzulhijjah, sementara wukuf sebagai rukun haji, dilaksanakan pada 9 Dzulhijjah. Selama menunggu wukuf, jemaah hendaknya berdzikir, membaca AI-Qur'an, talbiyah, dan berdoa.
  2. Pada tanggal 9 Dzulhijjah ba'da zawal (setelah Matahari tergelincir) dimulai wukuf, jemaah haji melaksanakan wukuf hingga maghrib. Selama wukuf, jamaah melakukan kegiatan sebagai berikut:
  3. Mendengarkan khutbah wukuf;
  4. Masuk waktu wukufyang ditandai dengan adzan waktu dzuhur;
  5. Melaksanakan salat Zuhur dan Asar jama'­ qashar taqdim
  6. Melaksanakan wukuf, dilanjutkan dengan dzikir dan berdoa boleh secara berjamaah atau sendiri- sendiri;
  7. Memperbanyak dzikir, bacaan talbiyah, zikir, membaca AI-Qur'an diselingi dengan doa dan berusaha terus mendekatkan diri  kepada Allah, dengan khusyu' dan tawadhu';
  8. Memanfaatkan kesempatan wukuf sebaik-baiknya untuk berbuat kebaikan, bertaubat, membersihkan hati, selalu mengingat Allah SWT (berdzikir), dan tidak membicarakan hal-hal yang menimbulkan sum'ah dan riya';
  9. Menghindari perbuatan yang berakibat terjadinya pelanggaran larangan ihram
  10. Melaksanakan wukuf disunahkan menghadap kiblat, sebagaimana yang dilakukan Rasulullah SAW, sejak mulai wukuf sampai matahari terbenam dengan berdzikir dan berdoa;
  11. Mengakhiri wukuf ketika waktu maghrib tiba yang ditandai dengan adzan magrib.
  12. Jemaah haji bersiap-siap menuju Muzdalifah didahului dengan shalat maghrib;
  13. Meiaksanakan shalat Maghrib dan lsya' dengan cara jama' takhir dan qashar di Muzdalifah bagi jemaah yang diberangkatkan trip awal. Sementara jemaah yang diberangkatkan dengan trip akhir melaksanakan salat Maghrib dan lsya' dengan cara jama' taqdim qasar di tenda Arafah;
  14. Meyakini bahwa wukufyang dilakukan sah dan sempurna.
  15. Menaiki bus menuju Muzdalifah dengan antre dan bersabar, menunggu giliran, sepanjang perjalanan menuju Muzdalifah disunahkan  berdzikir,  bertalbiyah dan berdoa.

Suasana khutbah wukuf di Arafah

 

4. Di Muzdalifah

Pada 10  Dzulhijjah malam, semua jemaah haji:

  1. Meninggalkan Arafah menuju Muzdalifah untuk melaksanakan mabit
  2. Membaca talbiyah dan berdzikir selama dalam perjalanan dari Arafah menuju Muzdalifah;
  3. Bersikap tenang, tidak terburu-buru, selama perjalanan menuju Muzdalifah;
  4. Menghadap kiblat,setelah tiba di ternpat mabit. Hukum menghadap kiblat adalah sunah.
  5. Membaca talbiyah dan zikir, diselingi dengan doa dan berusaha terus mendekat kepada Allah karena Muzdalifah termasuk tempat mustajab untuk berdoa;
  6. Menempati tempat mabit. Sebagian besar Jemaah menempati area terbuka yang dibatasi oleh pagar besi. Sebagian Jemaah ditempatkan di kemah perluasan Mina (Mina jadid) yang terletak di luar pagar;
  7. Melaksanakan mabit di Muzdalifah. Hukum mabit ini adalah wajib. Lamanya mabit diutamakan sejak awal malam hingga sebelum fajar tanggal 10 Dzulhijjah; namun boleh mabit di Muzdalifah cukup sejenak, hingga lewat tengah malam. 12 Bagi Jemaah haji yang tiba di Muzdalifah setelah lewat tengah malam cukup berhenti sejenak.
  8. Mencari dan mengambil batu kerikil; muassasah sudah menyediakan batu kerikil yang dibungkus kantong kain dengan jumlah yang cukup untuk melontar seluruh jamrah untuk jemaah haji reguler. Namun mencari dan mengambil batu kerikil di Muzdalifah hukumnya sunnah. Jika tidak mendapatkan jatah pembagian kantong kerikil, jemaah bisa mencari kerikil tujuh butir, atau 49 butir (jika jemaah berniat mengambil nafar awal) atau 70 butir (jika jemaah berniat mengambil nafar tsani);
  9. Memanfaatkan waktu mabit dengan sebaik­ baiknya untuk muhasabah, tadabbur dan tafakkur, mengagungkan Allah SWT, berserah diri kepada-Nya, dan kontemplasi untuk menemukan jati diri, sehingga merasakan kehadiran-Nya dalam jiwa dan raga, serta merasakan datangnya kasih sayang dari Allah; Jemaah yang masuk kategori udzur syar'i boleh tidak melakukan mabit di Muzdalifah dan tidak dikenakan dam, di antaranya jemaah yang khawatir hartanya hilang, sakit berat dan karena itu sulit baginya untuk mabit, atau petugas yang mengurus jemaah atau karena ada kendala lainnya.
  10. Menuju Mina setelah lewat tengah malam dengan diangkut secara bergiliran dari tempat mabit

     

    5. Di Mina

        Setelah tiba di Mina, seluruh jemaah haji melakukan aktivitas berikut ini:

  1. Memasuki tenda yang telah disiapkan lalu beristirahat, menunggu jamrah sesuai   jadwal telah ditetapkan;
  2. Melontar Jamrah Kubra (Aqabah) pada 10 Dzulhijjah sebanyaktujuh kalilontaran. Jemaah haji Indonesia melontar jamarat di lantai tiga, kecuali jemaah haji yang melaksanakan mabit di maktab I sampai IX melontar jamrah di lantai dasar.
  3. Membaca takbir dan berhenti membaca talbiyah setelah melontar jamrah Aqabah;
  4. Membaca takbir setiap kali melont jumrah. Setelah melontar jemaah disunnahkan berdoa dengan mengangkat kedua tangan agar ibadah haji yang dilakukannya mabrur;
  5. Memotong rambut/bercukur. Laki-laki disunahkan gundul dan perempuan cukup memotong rambutnya, minimal 3 helai. Jemaah haji yang langsung melaksanakan tawaf ifadhah, bisa bercukur di Makkah;
  6. Tahallul awal. Dengan telah dilaksanakannya lempar jumrah aqabah dan bercukur, jemaah sudah tahallul awwal. Jemaah sudah terbebas dari semua larangan ihram kecuali melakukan hubungan badan dan pendahuluannya;
  7. Mabit di Mina. Hukum mabit di Mina wajib. Sebagian besar Jemaah mabit di perkemahan Haratul/isan Mina. Sebagian lagi mabit di perluasan Mina atau Mina Jadid. Perkemahan Mina Jadid merupakan perluasan dari perkemahan Mina. Mabit di perluasan Mina termasuk mina Jadid dibolehkan dan hukum mabitnya sah.
  8. Mabit selama dua malam yaitu 11 sampai 12 Dzulhijjah bagi nafar awal atau tiga malam, 11 sampai 13 Dzulhijjah bagi nafar tsani.;
  9. Memanfaatkan waktu mabit di Mina sebaik­ baiknya, dengan terus bermujahadah, memelihara jiwanya yang telah bersih, agar tidak menghalalkan apa yang telah diharamkan Allah, tidak melanggar perintah Allah, menjauhkan diri dari godaan syetan, tidak mengumbar hawa nafsu, dan pada puncaknya dapat menyandarkan hidupnya hanya kepada Allah.
  10. Melontar ketiga Jamarat (Sughra, Wustha, dan Kubra) masing-masing tujuh kali lontaran pada 11 Dzulhijjah;
  11. Melontar tiga Jamarat (Sughra, Wustha, dan Kubra) pada 12 Dzulhijjah; jemaah haji yang mengambil nafar awwal diharuskan meninggalkan Mina menuju Makkah sebelum Matahari terbenam;
  12. Melontar tiga Jamarat (Sughra, Wustha, dan Kubra) pada 13 Dzulhijjah; jemaah yang mengambil nafar tsani meninggalkan Mina menuju Makkah;

 

6. Tawaf lfadhah

Tawaf ifadhah dilaksanakan setelah jemaah haji pulang dari Mina 12 Dzulhijjah (bagi yang melaksanakan nafar awal) atau setelah 13 Dzulhijjah (bagi yang melaksanakan nafar tsani). Setelah tiba di hotel Makkah, aktifitas jamaah:

  1. Beristirahat secukupnya dan tidak memaksakan diri segera melaksanakan tawaf ifadhah. Menurut jumhur ulama: tidak ada batas waktu akhir pelaksanaan tawaf ifadhah.
  2. la bisa dilakukan kapan saja selama masih hidup.16 Terlebih bagi jemaah yang berada di Mina, disarankan tidak melaksanakan tawaf ifadhah 10 Dzulhijjah dengan berjalan kaki menuju Makkah dan kembali lagi ke tenda Mina karena berisiko terhadap keselamatan dan kesehatan jemaah.
  3. Melaksanakan thawaf ifaqlah dan sa'i (taf?allul tsant), tanpa diakhiri dengan mencukur rambut. Dengan demikian, jemaah telah tahallul tsani, terbebas sepenuhnya dari semua larangan ihram. Dengan selesainya tawaf ifadhah, berarti telah selesai rangkaian pelaksanaan haji tamattu'.
  4. Meyakini hajinya sah dan sempurna dengan terus berdoa agar hajinya diterima Allah SWT.
Virtue of Hajj
Ihram
Thowaf
Sa'i
Arafah, Muzdalifah, Mina
Tawaf Wada
Performing Hajj
Arafah, Muzdalifah, Mina
  1. Pelaksanaan Ibadah Haji.

    Pada hari Tarwiyah, yaitu 8 Dzulhijjah, jemaah haji yang melaksanakan haji tamattu' mempersiapkan diri untuk melaksanakan ibadah haji dengan melakukan niat ihram haji. Mereka mengambil miqat di tempat tinggalnya, yaitu hotel-hotel di Makkah, sambil melaksanakan berbagai aktivitas.

     

  2. Di hotel Makkah:
    • Bersuci, disunahkan membersihkan badan dengan mandi dan berwudhu, memotong kuku, memakai wangi-wangian;
    • Berpakaian ihram, dilanjutkan dengan melak­ sanakan shalat sunat ihram;
    • Berniat haji dengan mengucapkan:
 

           Artinya:

           Aku sambut panggilan-Mu ya Allah untuk berhaji.

 

           Atau mengucapkan:

 


            Artinya:

            Aku berniat haji dengan berihram karena Allah Ta'a/a.

  • Setelah mengucapkan niat ihram haji, jemaah dianjurkan membaca talbiyah;
  • Berangkat menuju Arafah mulai pukul 07.00 WAS sampai selesai, pada 8 Dzulhijjah yang disebut hari tarwiyah,9 dengan naik ke bus antre dengan sabar sesuai rombongan;
  • Berdzikir, dengan membaca talbiyah selama perjalanan dari Makkah ke Arafah, serta bershalawat, dan berdoa dengan lafazh yang sama seperti lafadz yang dibaca waktu jemaah melaksanakan umrah;
  • Berdoa ketika masuk wilayah Arafah.

 

3. Di Arafah

  1. Jemaah haji tiba di Arafah pada tanggal 8 Dzulhijjah, sementara wukuf sebagai rukun haji, dilaksanakan pada 9 Dzulhijjah. Selama menunggu wukuf, jemaah hendaknya berdzikir, membaca AI-Qur'an, talbiyah, dan berdoa.
  2. Pada tanggal 9 Dzulhijjah ba'da zawal (setelah Matahari tergelincir) dimulai wukuf, jemaah haji melaksanakan wukuf hingga maghrib. Selama wukuf, jamaah melakukan kegiatan sebagai berikut:
  3. Mendengarkan khutbah wukuf;
  4. Masuk waktu wukufyang ditandai dengan adzan waktu dzuhur;
  5. Melaksanakan salat Zuhur dan Asar jama'­ qashar taqdim
  6. Melaksanakan wukuf, dilanjutkan dengan dzikir dan berdoa boleh secara berjamaah atau sendiri- sendiri;
  7. Memperbanyak dzikir, bacaan talbiyah, zikir, membaca AI-Qur'an diselingi dengan doa dan berusaha terus mendekatkan diri  kepada Allah, dengan khusyu' dan tawadhu';
  8. Memanfaatkan kesempatan wukuf sebaik-baiknya untuk berbuat kebaikan, bertaubat, membersihkan hati, selalu mengingat Allah SWT (berdzikir), dan tidak membicarakan hal-hal yang menimbulkan sum'ah dan riya';
  9. Menghindari perbuatan yang berakibat terjadinya pelanggaran larangan ihram
  10. Melaksanakan wukuf disunahkan menghadap kiblat, sebagaimana yang dilakukan Rasulullah SAW, sejak mulai wukuf sampai matahari terbenam dengan berdzikir dan berdoa;
  11. Mengakhiri wukuf ketika waktu maghrib tiba yang ditandai dengan adzan magrib.
  12. Jemaah haji bersiap-siap menuju Muzdalifah didahului dengan shalat maghrib;
  13. Meiaksanakan shalat Maghrib dan lsya' dengan cara jama' takhir dan qashar di Muzdalifah bagi jemaah yang diberangkatkan trip awal. Sementara jemaah yang diberangkatkan dengan trip akhir melaksanakan salat Maghrib dan lsya' dengan cara jama' taqdim qasar di tenda Arafah;
  14. Meyakini bahwa wukufyang dilakukan sah dan sempurna.
  15. Menaiki bus menuju Muzdalifah dengan antre dan bersabar, menunggu giliran, sepanjang perjalanan menuju Muzdalifah disunahkan  berdzikir,  bertalbiyah dan berdoa.

Suasana khutbah wukuf di Arafah

 

4. Di Muzdalifah

Pada 10  Dzulhijjah malam, semua jemaah haji:

  1. Meninggalkan Arafah menuju Muzdalifah untuk melaksanakan mabit
  2. Membaca talbiyah dan berdzikir selama dalam perjalanan dari Arafah menuju Muzdalifah;
  3. Bersikap tenang, tidak terburu-buru, selama perjalanan menuju Muzdalifah;
  4. Menghadap kiblat,setelah tiba di ternpat mabit. Hukum menghadap kiblat adalah sunah.
  5. Membaca talbiyah dan zikir, diselingi dengan doa dan berusaha terus mendekat kepada Allah karena Muzdalifah termasuk tempat mustajab untuk berdoa;
  6. Menempati tempat mabit. Sebagian besar Jemaah menempati area terbuka yang dibatasi oleh pagar besi. Sebagian Jemaah ditempatkan di kemah perluasan Mina (Mina jadid) yang terletak di luar pagar;
  7. Melaksanakan mabit di Muzdalifah. Hukum mabit ini adalah wajib. Lamanya mabit diutamakan sejak awal malam hingga sebelum fajar tanggal 10 Dzulhijjah; namun boleh mabit di Muzdalifah cukup sejenak, hingga lewat tengah malam. 12 Bagi Jemaah haji yang tiba di Muzdalifah setelah lewat tengah malam cukup berhenti sejenak.
  8. Mencari dan mengambil batu kerikil; muassasah sudah menyediakan batu kerikil yang dibungkus kantong kain dengan jumlah yang cukup untuk melontar seluruh jamrah untuk jemaah haji reguler. Namun mencari dan mengambil batu kerikil di Muzdalifah hukumnya sunnah. Jika tidak mendapatkan jatah pembagian kantong kerikil, jemaah bisa mencari kerikil tujuh butir, atau 49 butir (jika jemaah berniat mengambil nafar awal) atau 70 butir (jika jemaah berniat mengambil nafar tsani);
  9. Memanfaatkan waktu mabit dengan sebaik­ baiknya untuk muhasabah, tadabbur dan tafakkur, mengagungkan Allah SWT, berserah diri kepada-Nya, dan kontemplasi untuk menemukan jati diri, sehingga merasakan kehadiran-Nya dalam jiwa dan raga, serta merasakan datangnya kasih sayang dari Allah; Jemaah yang masuk kategori udzur syar'i boleh tidak melakukan mabit di Muzdalifah dan tidak dikenakan dam, di antaranya jemaah yang khawatir hartanya hilang, sakit berat dan karena itu sulit baginya untuk mabit, atau petugas yang mengurus jemaah atau karena ada kendala lainnya.
  10. Menuju Mina setelah lewat tengah malam dengan diangkut secara bergiliran dari tempat mabit

     

    5. Di Mina

        Setelah tiba di Mina, seluruh jemaah haji melakukan aktivitas berikut ini:

  1. Memasuki tenda yang telah disiapkan lalu beristirahat, menunggu jamrah sesuai   jadwal telah ditetapkan;
  2. Melontar Jamrah Kubra (Aqabah) pada 10 Dzulhijjah sebanyaktujuh kalilontaran. Jemaah haji Indonesia melontar jamarat di lantai tiga, kecuali jemaah haji yang melaksanakan mabit di maktab I sampai IX melontar jamrah di lantai dasar.
  3. Membaca takbir dan berhenti membaca talbiyah setelah melontar jamrah Aqabah;
  4. Membaca takbir setiap kali melont jumrah. Setelah melontar jemaah disunnahkan berdoa dengan mengangkat kedua tangan agar ibadah haji yang dilakukannya mabrur;
  5. Memotong rambut/bercukur. Laki-laki disunahkan gundul dan perempuan cukup memotong rambutnya, minimal 3 helai. Jemaah haji yang langsung melaksanakan tawaf ifadhah, bisa bercukur di Makkah;
  6. Tahallul awal. Dengan telah dilaksanakannya lempar jumrah aqabah dan bercukur, jemaah sudah tahallul awwal. Jemaah sudah terbebas dari semua larangan ihram kecuali melakukan hubungan badan dan pendahuluannya;
  7. Mabit di Mina. Hukum mabit di Mina wajib. Sebagian besar Jemaah mabit di perkemahan Haratul/isan Mina. Sebagian lagi mabit di perluasan Mina atau Mina Jadid. Perkemahan Mina Jadid merupakan perluasan dari perkemahan Mina. Mabit di perluasan Mina termasuk mina Jadid dibolehkan dan hukum mabitnya sah.
  8. Mabit selama dua malam yaitu 11 sampai 12 Dzulhijjah bagi nafar awal atau tiga malam, 11 sampai 13 Dzulhijjah bagi nafar tsani.;
  9. Memanfaatkan waktu mabit di Mina sebaik­ baiknya, dengan terus bermujahadah, memelihara jiwanya yang telah bersih, agar tidak menghalalkan apa yang telah diharamkan Allah, tidak melanggar perintah Allah, menjauhkan diri dari godaan syetan, tidak mengumbar hawa nafsu, dan pada puncaknya dapat menyandarkan hidupnya hanya kepada Allah.
  10. Melontar ketiga Jamarat (Sughra, Wustha, dan Kubra) masing-masing tujuh kali lontaran pada 11 Dzulhijjah;
  11. Melontar tiga Jamarat (Sughra, Wustha, dan Kubra) pada 12 Dzulhijjah; jemaah haji yang mengambil nafar awwal diharuskan meninggalkan Mina menuju Makkah sebelum Matahari terbenam;
  12. Melontar tiga Jamarat (Sughra, Wustha, dan Kubra) pada 13 Dzulhijjah; jemaah yang mengambil nafar tsani meninggalkan Mina menuju Makkah;

 

6. Tawaf lfadhah

Tawaf ifadhah dilaksanakan setelah jemaah haji pulang dari Mina 12 Dzulhijjah (bagi yang melaksanakan nafar awal) atau setelah 13 Dzulhijjah (bagi yang melaksanakan nafar tsani). Setelah tiba di hotel Makkah, aktifitas jamaah:

  1. Beristirahat secukupnya dan tidak memaksakan diri segera melaksanakan tawaf ifadhah. Menurut jumhur ulama: tidak ada batas waktu akhir pelaksanaan tawaf ifadhah.
  2. la bisa dilakukan kapan saja selama masih hidup.16 Terlebih bagi jemaah yang berada di Mina, disarankan tidak melaksanakan tawaf ifadhah 10 Dzulhijjah dengan berjalan kaki menuju Makkah dan kembali lagi ke tenda Mina karena berisiko terhadap keselamatan dan kesehatan jemaah.
  3. Melaksanakan thawaf ifaqlah dan sa'i (taf?allul tsant), tanpa diakhiri dengan mencukur rambut. Dengan demikian, jemaah telah tahallul tsani, terbebas sepenuhnya dari semua larangan ihram. Dengan selesainya tawaf ifadhah, berarti telah selesai rangkaian pelaksanaan haji tamattu'.
  4. Meyakini hajinya sah dan sempurna dengan terus berdoa agar hajinya diterima Allah SWT.
UMHAJGO © 2025 - All Rights Reserved.